Kamis, 05 Desember 2013

CERPENKU : Antara Murid dan Mahasiswa PPL

Salah Jatuh Cinta
Karya Millenia Almira Pamuliana

            Pagi ini sekolahku kedatangan Mahasiswa PPL  dari salah satu Universitas di Jawa Tengah yang akan praktek mengajar di sekolahku selama 2 bulan.  Awal melihat Mahasiswa PPL itu  rasanya biasa aja, enggak ada yang menarik sama sekali. Mereka tersenyum pun seperti senyuman terpaksa.
            Bel jam pertama dimulai. Rasanya males banget masuk ke sekolah hari ini apalagi jam pertamanya adalah jam IPS- Sejarah yang gurunya super duper bikin ngantuk. Tapi ternyata yang masuk adalah Mahasiswa PPL, bersyukurlah guru yang asli enggak ngajar karena udah di gantiin sama PPL itu, jadinya aku enggak jadi ngatuk deh.  PPL itu datang kekelasku  ditemani oleh temannya yang sama-sama ngajar IPS-Sejarah. Mereka berdua memperkenalkan diri di depan kelas dengan menyebutkan nama dan ngasih nomer hp masing-masing. Nama PPL itu adalah Relligius Aprilia Trisandi dan temannya bernama Dicky Novianto. Namanya emang agak aneh si Relligius, mungkin orang tuanya berharap semoga dia menjadi anak yang taat beribadah kalii ya..?
“Keren ya PPLnya, yang namanya Pak Relli itu..” Kata Qori teman sebangkuku   
“Biasa aja tuh..Enggak menarik sama sekali” Jawabku
“Awas lhoo.. Ntar kemakan omongan sendiri, ntar malah kamu suka sama dia.. Hati-hati tuh sama omonganmu..” Kata Qori lagi
            Aku hanya mengangguk. Tapi entah mengapa aku sangat antusias mengikuti pelajarannya padahal aku enggak tertarik banget sama pelajaran IPS-Sejarah sebelumnya. Selama pelajarannya juga aku tak berhenti menatapnya dengan tatapan ganjil. Qori pun meledekku, karena aku menatap PPL itu melulu. Tapi aku pun tak memperdulikan itu, aku masih saja fokus untuk menatapnya. Aku tak hanya diajar oleh Pak Relli saja, melainkan ada beberapa mahasiswa lagi yang mengajar di kelasku. Seperti Bu Ratna yang mengajar bahasa jawa, Bu Dewi yang ngajar PKN,  Bu Novi yang ngajar IPA, Bu Lida yang ngajar seni tari, Pak Tadho yang ngajar IPS-Geografi. Sebenarnya enggak hanya itu saja Mahsiswa PPLnya tapi  ada yang lain lagi seperti Bu Dwi yang imut, Pak Rokman yang kece, Pak Anhar yang sok keren, Bu Dayu yang cantik, Bu Dani yang putih, Pak dicky yang item, Bu Irma yang matanya sipit, dan Bu Arti yang tatapannya tajam.
            Pada saat jam istirahat aku tak sengaja berpapasan dengan Pak Relli di depan kelasku dan dia memberiku jajan yang ia bawa ditangannya dan memakannya bersamaku. Entah mengapa dia begitu baik denganku. Kebaikan itu berlanjut saat aku sering berkomunikasi dengan dia selain di sekolah entah itu lewat sms ataupun facebook. Ketika aku sedang smsan dengan Pak Relli aku pun memberanikan diri memanggilnya kakak, dan dia pun mau ku panggil kakak. Aku merasa sangat dekat dengannya seperti ada hubungan saudara saja. Kita mempunyai kesamaan, sama-sama suka bola dan tim yang kita suka juga sama yaitu AC Milan. Tapi itu semua membuat aku merasa semakin dekat dengannya saja. Bener kata Qori, kata-kataku yang dulu sekarang berbalik kepadaku. Hingga suatu ketika tak sengaja teman satu kelasku menemukan hpku tergeletak di laci mejaku. Temanku itu membuka semua smsku dengan Kakak alias Pak Relli. Ketika aku masuk ke kelas temanku itu langsung meledekku dengan berkata “Ciee” ,aku pun keheranan. Dia membeberkan semua kedekatanku dengan Kakak tersebut hingga teman satu sekolah tahu semua itu dari mulut ke mulut.  Pada waktu itu, Aku rasanya campur aduk, rasanya pengen marah sekaligus malu. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur terbongkar.  Ternyata berita itu sampai ketelinga kakak dan Mahasiswa yang lainnya.
            Aku selalu menjadi bulan-bulanan temanku saat aku berada di sekolah. Aku juga sering curhat sama Pak Dicky tentang Kakak, kalau aku curhat ke Pak Dicky aku selalu bilang kalau Kakak itu Perfectlah orangnya.  Di suatu ketika tak sengaja aku bertemu  dengan Pak Dicky  dan Kakak saat pulang sekolah.
“Ciee.. Yang suka sama kakak dateng niih.” Kata Pak Dicky meledekku.
“Apaan sii Pak, siapa juga yang suka sama Kakak.” Kataku berbohong
“Udah lah ngaku aja, ntar nyesel lhoo...” Ledek Pak Dicky lagi sambil tertawa
“Udah ah Pak, Nggak usah ngledek lagi, enggak lucu lagi.”  Jawabku sambil malu-malu
“Udah lah dick, ayo pulang aku capek nih.” Jawab Kakak
“Iya-iya, Kamu enggak mau pamitan sama kakak nih critanya?”
“Enggak mau..” Jawabku yang kemudian meninggalkan kakak dan Pak Dicky
            Tak terasa sudah hampir 2 bulan Masiswa PPL itu mengajar di sekolahku. Berarti PPL akan segera pergi. Rasanya sedih muncul ketika PPL akan pergi terutama Kakak, aku takut ketika dia pergi dia akan menjauhiku dan enggak bisa dihubungi lagi. Tapi ku buang jauh-jauh semua perasaan itu. Sore hari sebelum perpisahan diadakan aku mengajak Qori untuk membelikan kenang-kenangan untuk Kakak alias Pak Relli itu. Aku membelikannya sebuah kemeja kotak-kotak bewarna biru yang aku bungkus dalam sebuah kado yang tak lupa ku selipkan juga secarik kertas berisi kata-kata perpisahan.
            Keesokkan harinya, sebelum acara perpisahan dimulai aku meletakkan kado itu di atas mejanya secara diam-diam.  Hingga tiba saatnya Perpisahan diadakan, saat itu aku bener-bener lemas, aku takut kehilangan seseorang yang aku sayang melebihi rasa sayang antara kakak dan adik. Andaikan aku bisa memutar waktu, aku akan mengulang saat-saat indah bersamanya. Aku selalu melihat jam dinding yang terpasang di atas papan tulis. Aku tak mau waktu berjalan dengan cepat, aku tak mau kehilangan seseorang yang sangat aku sayang.
            Setelah acara perpisahan selesai, Tanpa sadar aku menangis dibelakang panggung dan disitu teman-temanku berkerumun mengelilingiku. Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengelus kepalaku dan itu adalah Kakak. Kakak berusaha membuatku senang dan tidak menagis lagi. Dia mengajakku berfoto untuk terakhir kalinya dan dia juga memelukku. Setelah kejadian itu aku langsung pergi ke kelas dengan mata yang masih berkaca-kaca. Kenapa waktu berjalan begitu cepat? Akankah aku kehilangan dia untuk selama-lamanya? Pulang sekolah setelah acara perpisahan itu aku bertemu dengannya, dia ingin menemuiku tapi aku sengaja menghindar dari Kakak karena aku takut saat melihatnya aku akan mengeluarkan air mata lagi. Kakak pun berteriak dari kejauhan, yang aku dengar sii dia mengucapakan terima kasih kepadaku karna kado yang aku berikan. Tapi aku tak menghiraukan itu, aku terus saja berjalan untuk pulang.
            Aku pulang ke rumah dengan lesu, karena besok aku enggak akan melihatnya lagi. Setiap malam, aku selalu memikirkannya dan aku selalu teringat saat-saat indah yang aku lalui bersamnya. Tak jarang aku meneteskan air mata ketika teringat Kakak. 1 Bulan pertama kakak masih bisa aku hubungi tapi setelah 2 bulan kakak pergi kakak menjadi susah dihubungi, smsku pun dibalesnya 1 hari kemudian dan kadang enggak di bales sama sekali, chat aku di facebook enggak dibalas cuman dilihat doang. Rasa sedih sering datang kepadaku, karena kakak susah sekali untuk dihubungi. Awalnya aku masih bisa memakluminya, mungkin dia masih sibuk dengan kuliahnya, tapi kalau berkelanjutan seperti ini aku sudah tak bisa menahan lagi. Rasa Sayangku kepadanya terbuang sia-sia. Hingga akhirnya aku bener-bener lost contact sama Kakak. Kakak sudah enggak bisa dihubungin lagi. Aku sedih,  seandainya kakak tahu kalau disini aku merindukannya. Aku selalu berharap, agar aku bertemu dengannya walau hanya dalam sekejap mata.
            Hari-hari disekolah ku lewati dengan lesu dan tidak bersemangat, apalagi saat pelajaran IPS-Sejarah. Hingga akhirnya Qori pun berusaha membuatku terhibur dan Qori juga berusaha untuk membuatku sadar kalau aku salah untuk menyayangi kakak melebihi rasa sayang antara kakak dan adik. Aku sadar, kalau aku salah untuk menyayanginya berlebihan seperti ini, yang aku maksud itu rasa sayang melebihi rasa sayang antara kakak dan adik bisa disebut juga jatuh cinta. Aku juga sadar, kalau aku salah jika jatuh cinta padanya. Dengan bersusah payah akhirnya usaha Qori berhasil juga, akhirnya sedikit demi sedikit aku sudah bisa membuang rasa sayangku sama Kakak dengan cara dia selalu mengajakku jalan-jalan ataupun belajar bareng.
            Hingga suatu ketika, Kakak datang berkunjung ke sekolah untuk melihat keadaan sekolah dengan beberapa teman PPL lainnya. Aku sangat senang bisa melihat kakak kembali, seketika itu juga aku ingin meneteskan air mata, rinduku selama ini akhirnya terobati juga. Akupun berusaha untuk tidak meneteskan air mata. Dan itu berhasil karena aku sudah menutup jauh-jauh rasa sayangku padanya. Aku pun hanya tersenyum melihat kakak sekarang. Yang terpenting aku sudah bisa melepas semua kerinduanku selama ini. Aku sudah bertemu dengannya walaupun hanya sebentar karena kakak harus segera kembali ke kampusnya untuk kuliah lagi. Aku pun selalu berdoa untuk kakak, Agar kakak selalu diberi kebahagiaan walaupun tak bersamaku. Sekarang, hari-hari di sekolah ku lalui dengan senang dan bersemangat seperti dulu lagi. Walaupun terkadang aku masih sering mengingatnya. Dan semua kejadian dulu yang aku lalui bersama Kakak, sudah aku jadikan sebagai kenangan terindah dalam hidupku.




-TAMAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar