Salah Jatuh Cinta
Karya Millenia Almira Pamuliana
Pagi ini sekolahku kedatangan
Mahasiswa PPL dari salah satu
Universitas di Jawa Tengah yang akan praktek mengajar di sekolahku selama 2
bulan. Awal melihat Mahasiswa PPL itu rasanya biasa aja, enggak ada yang menarik
sama sekali. Mereka tersenyum pun seperti senyuman terpaksa.
Bel jam pertama dimulai. Rasanya
males banget masuk ke sekolah hari ini apalagi jam pertamanya adalah jam IPS-
Sejarah yang gurunya super duper bikin ngantuk. Tapi ternyata yang masuk adalah
Mahasiswa PPL, bersyukurlah guru yang asli enggak ngajar karena udah di gantiin
sama PPL itu, jadinya aku enggak jadi ngatuk deh. PPL itu datang kekelasku ditemani oleh temannya yang sama-sama ngajar
IPS-Sejarah. Mereka berdua memperkenalkan diri di depan kelas dengan menyebutkan
nama dan ngasih nomer hp masing-masing. Nama PPL itu adalah Relligius Aprilia
Trisandi dan temannya bernama Dicky Novianto. Namanya emang agak aneh si
Relligius, mungkin orang tuanya berharap semoga dia menjadi anak yang taat
beribadah kalii ya..?
“Keren
ya PPLnya, yang namanya Pak Relli itu..” Kata Qori teman sebangkuku
“Biasa
aja tuh..Enggak menarik sama sekali” Jawabku
“Awas
lhoo.. Ntar kemakan omongan sendiri, ntar malah kamu suka sama dia.. Hati-hati
tuh sama omonganmu..” Kata Qori lagi
Aku hanya mengangguk. Tapi entah
mengapa aku sangat antusias mengikuti pelajarannya padahal aku enggak tertarik
banget sama pelajaran IPS-Sejarah sebelumnya. Selama pelajarannya juga aku tak
berhenti menatapnya dengan tatapan ganjil. Qori pun meledekku, karena aku
menatap PPL itu melulu. Tapi aku pun tak memperdulikan itu, aku masih saja
fokus untuk menatapnya. Aku tak hanya diajar oleh Pak Relli saja, melainkan ada
beberapa mahasiswa lagi yang mengajar di kelasku. Seperti Bu Ratna yang
mengajar bahasa jawa, Bu Dewi yang ngajar PKN,
Bu Novi yang ngajar IPA, Bu Lida yang ngajar seni tari, Pak Tadho yang
ngajar IPS-Geografi. Sebenarnya enggak hanya itu saja Mahsiswa PPLnya tapi ada yang lain lagi seperti Bu Dwi yang imut,
Pak Rokman yang kece, Pak Anhar yang sok keren, Bu Dayu yang cantik, Bu Dani
yang putih, Pak dicky yang item, Bu Irma yang matanya sipit, dan Bu Arti yang
tatapannya tajam.
Pada saat jam istirahat aku tak
sengaja berpapasan dengan Pak Relli di depan kelasku dan dia memberiku jajan
yang ia bawa ditangannya dan memakannya bersamaku. Entah mengapa dia begitu
baik denganku. Kebaikan itu berlanjut saat aku sering berkomunikasi dengan dia
selain di sekolah entah itu lewat sms ataupun facebook. Ketika aku sedang smsan
dengan Pak Relli aku pun memberanikan diri memanggilnya kakak, dan dia pun mau
ku panggil kakak. Aku merasa sangat dekat dengannya seperti ada hubungan
saudara saja. Kita mempunyai kesamaan, sama-sama suka bola dan tim yang kita
suka juga sama yaitu AC Milan. Tapi itu semua membuat aku merasa semakin dekat dengannya
saja. Bener kata Qori, kata-kataku yang dulu sekarang berbalik kepadaku. Hingga
suatu ketika tak sengaja teman satu kelasku menemukan hpku tergeletak di laci
mejaku. Temanku itu membuka semua smsku dengan Kakak alias Pak Relli. Ketika
aku masuk ke kelas temanku itu langsung meledekku dengan berkata “Ciee” ,aku
pun keheranan. Dia membeberkan semua kedekatanku dengan Kakak tersebut hingga
teman satu sekolah tahu semua itu dari mulut ke mulut. Pada waktu itu, Aku rasanya campur aduk,
rasanya pengen marah sekaligus malu. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah
terlanjur terbongkar. Ternyata berita
itu sampai ketelinga kakak dan Mahasiswa yang lainnya.
Aku selalu menjadi bulan-bulanan
temanku saat aku berada di sekolah. Aku juga sering curhat sama Pak Dicky
tentang Kakak, kalau aku curhat ke Pak Dicky aku selalu bilang kalau Kakak itu
Perfectlah orangnya. Di suatu ketika tak
sengaja aku bertemu dengan Pak
Dicky dan Kakak saat pulang sekolah.
“Ciee..
Yang suka sama kakak dateng niih.” Kata Pak Dicky meledekku.
“Apaan
sii Pak, siapa juga yang suka sama Kakak.” Kataku berbohong
“Udah
lah ngaku aja, ntar nyesel lhoo...” Ledek Pak Dicky lagi sambil tertawa
“Udah
ah Pak, Nggak usah ngledek lagi, enggak lucu lagi.” Jawabku sambil malu-malu
“Udah
lah dick, ayo pulang aku capek nih.” Jawab Kakak
“Iya-iya,
Kamu enggak mau pamitan sama kakak nih critanya?”
“Enggak
mau..” Jawabku yang kemudian meninggalkan kakak dan Pak Dicky
Tak terasa sudah hampir 2 bulan
Masiswa PPL itu mengajar di sekolahku. Berarti PPL akan segera pergi. Rasanya
sedih muncul ketika PPL akan pergi terutama Kakak, aku takut ketika dia pergi
dia akan menjauhiku dan enggak bisa dihubungi lagi. Tapi ku buang jauh-jauh
semua perasaan itu. Sore hari sebelum perpisahan diadakan aku mengajak Qori untuk
membelikan kenang-kenangan untuk Kakak alias Pak Relli itu. Aku membelikannya
sebuah kemeja kotak-kotak bewarna biru yang aku bungkus dalam sebuah kado yang
tak lupa ku selipkan juga secarik kertas berisi kata-kata perpisahan.
Keesokkan harinya, sebelum acara
perpisahan dimulai aku meletakkan kado itu di atas mejanya secara diam-diam. Hingga tiba saatnya Perpisahan diadakan, saat
itu aku bener-bener lemas, aku takut kehilangan seseorang yang aku sayang
melebihi rasa sayang antara kakak dan adik. Andaikan aku bisa memutar waktu,
aku akan mengulang saat-saat indah bersamanya. Aku selalu melihat jam dinding
yang terpasang di atas papan tulis. Aku tak mau waktu berjalan dengan cepat,
aku tak mau kehilangan seseorang yang sangat aku sayang.
Setelah acara perpisahan selesai,
Tanpa sadar aku menangis dibelakang panggung dan disitu teman-temanku
berkerumun mengelilingiku. Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengelus
kepalaku dan itu adalah Kakak. Kakak berusaha membuatku senang dan tidak
menagis lagi. Dia mengajakku berfoto untuk terakhir kalinya dan dia juga
memelukku. Setelah kejadian itu aku langsung pergi ke kelas dengan mata yang
masih berkaca-kaca. Kenapa waktu berjalan begitu cepat? Akankah aku kehilangan
dia untuk selama-lamanya? Pulang sekolah setelah acara perpisahan itu aku bertemu
dengannya, dia ingin menemuiku tapi aku sengaja menghindar dari Kakak karena
aku takut saat melihatnya aku akan mengeluarkan air mata lagi. Kakak pun
berteriak dari kejauhan, yang aku dengar sii dia mengucapakan terima kasih
kepadaku karna kado yang aku berikan. Tapi aku tak menghiraukan itu, aku terus
saja berjalan untuk pulang.
Aku pulang ke rumah dengan lesu,
karena besok aku enggak akan melihatnya lagi. Setiap malam, aku selalu
memikirkannya dan aku selalu teringat saat-saat indah yang aku lalui bersamnya.
Tak jarang aku meneteskan air mata ketika teringat Kakak. 1 Bulan pertama kakak
masih bisa aku hubungi tapi setelah 2 bulan kakak pergi kakak menjadi susah
dihubungi, smsku pun dibalesnya 1 hari kemudian dan kadang enggak di bales sama
sekali, chat aku di facebook enggak dibalas cuman dilihat doang. Rasa sedih
sering datang kepadaku, karena kakak susah sekali untuk dihubungi. Awalnya aku
masih bisa memakluminya, mungkin dia masih sibuk dengan kuliahnya, tapi kalau
berkelanjutan seperti ini aku sudah tak bisa menahan lagi. Rasa Sayangku
kepadanya terbuang sia-sia. Hingga akhirnya aku bener-bener lost contact sama
Kakak. Kakak sudah enggak bisa dihubungin lagi. Aku sedih, seandainya kakak tahu kalau disini aku merindukannya.
Aku selalu berharap, agar aku bertemu dengannya walau hanya dalam sekejap mata.
Hari-hari disekolah ku lewati dengan
lesu dan tidak bersemangat, apalagi saat pelajaran IPS-Sejarah. Hingga akhirnya
Qori pun berusaha membuatku terhibur dan Qori juga berusaha untuk membuatku sadar
kalau aku salah untuk menyayangi kakak melebihi rasa sayang antara kakak dan
adik. Aku sadar, kalau aku salah untuk menyayanginya berlebihan seperti ini,
yang aku maksud itu rasa sayang melebihi rasa sayang antara kakak dan adik bisa
disebut juga jatuh cinta. Aku juga sadar, kalau aku salah jika jatuh cinta
padanya. Dengan bersusah payah akhirnya usaha Qori berhasil juga, akhirnya
sedikit demi sedikit aku sudah bisa membuang rasa sayangku sama Kakak dengan
cara dia selalu mengajakku jalan-jalan ataupun belajar bareng.
Hingga suatu ketika, Kakak datang
berkunjung ke sekolah untuk melihat keadaan sekolah dengan beberapa teman PPL
lainnya. Aku sangat senang bisa melihat kakak kembali, seketika itu juga aku
ingin meneteskan air mata, rinduku selama ini akhirnya terobati juga. Akupun
berusaha untuk tidak meneteskan air mata. Dan itu berhasil karena aku sudah
menutup jauh-jauh rasa sayangku padanya. Aku pun hanya tersenyum melihat kakak
sekarang. Yang terpenting aku sudah bisa melepas semua kerinduanku selama ini.
Aku sudah bertemu dengannya walaupun hanya sebentar karena kakak harus segera
kembali ke kampusnya untuk kuliah lagi. Aku pun selalu berdoa untuk kakak, Agar
kakak selalu diberi kebahagiaan walaupun tak bersamaku. Sekarang, hari-hari di
sekolah ku lalui dengan senang dan bersemangat seperti dulu lagi. Walaupun
terkadang aku masih sering mengingatnya. Dan semua kejadian dulu yang aku lalui
bersama Kakak, sudah aku jadikan sebagai kenangan terindah dalam hidupku.
-TAMAT-